NAMA : CHANDRA
KELAS : 4EA25
NPM : 11211609
ETIKA
UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Utilitarianisme
pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Persoalan yang
dihadapi oleh Bentham dan orang-orang sezamannya adalah bagaimana menilai baik
buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral.
Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan
yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.
1. Criteria dan
Prinsip Etika Utilitarianisme
Criteria
pertama adalah manfaat , yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu
mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau tindakan
yang baik adalah yang menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan
atau tindakan yang tidak baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.
Criteria kedua
adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu
mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih
besar)dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan alternative lainnya.
Criteria ketiga
adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang, yaitu dengan kata lain
suatu kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut
etika utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat
terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan
yang sekecil mungkin bagi sedikit mungkin orang.
Secara padat
ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Bertindaklah sedemikian
rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi
sebanyak mungkin orang.
2. Nilai Positif
Etika Utilitarianisme
a) Rasionalitas,
prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak didasarkan
pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bisa kita
persoalkan keabsahannya.
b) Dalam kaitannya
dengan itu, utilitarianisme sangant menghargai kebebasan setiap pelaku moral.
Setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak dengan
hanya memberinya ketiga criteria objektif dan rasional tadi.
c) Universalitas,
yaitu berbeda dengan etika teleologi lainnya yang terutama menekankan manfaat
bagi diri sendiri atau kelompok sendiri, utilitarianisme justru mengutamakan
manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang.
3. Utilitarianisme
sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian
a) Etika
utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan,
kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika utilitarianisme
dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode
untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan
yang akan dilakukan.
b) Etika
utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bai tindakan atau kebijaksanaan
yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di atas lalu benar-benar
dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan
yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Yang paling pokok adalah menilai
tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau
konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak
orang.
4. Analisis
Keuntungan dan Kerugian
Pertama,
keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan semata-mata
dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar
bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan
dan kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik
kelompok primer maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga
diperhatikan bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis
suatu perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi
kreditor, konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan
seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang
telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua,
seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam
kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat
perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya
menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan
kepentingan konsimen, hak karyawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam
kerangka klasik etika utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas
dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak
terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸bagi
bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis keuntungan
dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini penting
karena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis
tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan
atau paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu,
benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net
benefits.
Sehubungan
dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam membuat
sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan
alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua alternative
kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam
kaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau
paling kurang, alternatif yang tidak merugikan kepentingan semua kelompok
terkait yang berkepentingan. Kedua, semua alternative pilihan itu perlu dinilai
berdasarkan keuntungan yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut
aspek-aspek moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian,
dalam aspek itu, perlu dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini
bias dilakukan, pada akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan
atau kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara
financial, melainkan juga baik dan etis.
5. Kelemahan Etika
Utilitarianisme
· Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
· Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri
dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
· Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
· Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
· Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan,
maka akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.
6. Jalan Keluar
Tanpa ingin
memasuki secara lebih mendalam persoalan ini, ada baiknya kita secara khusus
mencari beberapa jalan keluar yang mungkin berguna bagi bisnis dalam
menggunakan etika utilitarianisme yang memang punya daya tarik istimewa ini.
Yang perlu diakui adalah bahwa tidak mungkin mungkin kita memuaskan semua pihak
secara sama dengan tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya. Hanya saja,
yang pertama-tama harus dipegang adalah bahwa kepentingan dan hak semua
orang harus diperhatikan, dihormati, dan diperhitungkan secara sama. Namun,
karena kenyataan bahwa kita tidak bisa memuaskan semua pihak secara sama dengan
tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya, dalam situasi tertentu kita memang
terpaksa harus memilih di antara alternative yang tidak sempurna itu. Dalam hal
ini, etika utilitarianisme telah menberi kita criteria paling objektif dan
rasional untuk memilih diantara berbagai alternative yang kita hadapi, kendati
mungkin bukan paling sempurna.
Karena itu,
dalam situasi di mana kita terpaksa mengambil kebijaksanaan dan tindakan
berdasarkan etika utilitarianisme, yang mengandung beberapa kesulitan dan
kelemahhan tersebut di atas, beberapa hal ini kiranya perlu diperhatikan.
- Dalam banyak hal kita perlu menggunakan perasaan atau intuisi moral kita untuk mempertimbangkan secara jujur apakah tindakan yang kita ambil itu, yang memenuhi criteria etika utilitarianisme diatas, memang manusiawi atau tidak.
- Dalam kasus konkret di mana kebijaksanaan atau tindakan bisnis tertentu yang dalam jangka panjang tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga banyak pihak terkait, termasuk secara moral, tetapi ternyata ada pihak tertentu yang terpaksa dikorbankan atau dirugikan secara tak terelakkan, kiranya pendekatan dan komunikasi pribadi akan merupakan sebuah langkah yang punya nilai moral tersendiri.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar