Nama : Chandra
Kelas : 2 EA25
NPM : 11211609
Kecil
tapi Mematikan
Bulan Mei menurut gw adalah bulan
yang penuh coba bagi keluarga gw yg dimana 3 orang anggota kami yang terserang
salah satu penyakit yang di sebabkan oleh makhluk berukuran kecil dan sampai
saat ini belum ada obatnya untuk mengatasinya, salah satu obatnya hanyalah
tergantung dari kondisi badan.
Pada awalnya 2 hari sebelum acara
kampus yg saya ikuti selesai, saya jatuh sakit badan saya sangat panas awalnya
saya kira hanya panas biasa dengan minum obat warung langsung sembuh, ternyata
keesokan harinnya tidak kunjung sembuh malah sebaliknya semakin panas.
Salah satu teman saya
berinisiatif untuk membawa saya ke dokte namun berkali-kali saya menolaknya,
karena kondisi badan saya semakin menurun saya pun akhirnya mengikuti saran
teman. Setelah di cek oleh dokter ternya suhu badan saya kurang lebih 41
derajat, dokter pun menyatakan kalau saya terserang DB atau Tifus dan di
sarankan untuk mengecek darah setelah 3 hari apabila suhu tubuh saya tidak
turun-turun.
Pada malam harinya saya pun
akhirnya pulang dengan menumpang pada orang tua tmn perempuan saya yg membawa
mobil di karena kan saya tidak kuat untuk di motor. Kurang lbh 2 jam akhirnya
saya tiba di rmh dengan keadaan masih lemes. Setelah 2 hari berada di rmh dan
meminum obat yg dari dokter ternyata panas saya tidak turun-turun, mama saya
pun membawa saya ke dokter ternama di bekasi namun hasilnya pun sama. Pada
akhirnya saya di larikan ke RS. Ternama di Bekasi, disana saya dinyatakan
terkena DB akhirnya saya pun di rawat selama 1 minggu disana.
2 hari menjelang kepulangan saya
salah satu keponakan saya terkena penyakit yg sama namun di rawat di RS.
Ternama juga di mana-mana namun bukan di tempat saya di rawat. Pada awal dia
terkena panas keponakan saya langsung di tes darah dan ternyata trombositnya
masih tinggi di bandingkan saya pada awal di rawat, namun dokter langsung
menyatakan dia terkena DB, tidak seperti dokter-dokter yg lain harus menunggu 3 hari sebelum menyatakan DB,
dokter di RS. Langsung memberikan pernyataannya.
Saat saya pulang ke rumah
keponakan sudah beberapa hari di rawat, namun saya belum sempat melihatnya
dikarenakan kondisi saya yg masih lemas, saya pun hanya bisa mendoakannya dari
rumah saja. Keesokan harinya mama saya mendapatkan kabar kalau kondisi
keponakan saya turun, saya,mama dan kakak dari keponakan saya langsung pergi ke
RS. Tersebut, disaat itu pula terakhir saya melihat dia dengan keadaan yang
berbaring menahan sakit.
Saat saya datang melihat
keponakan saya, disanapun saya melihat infusan yg di gunakan untuk keponakan
saya hanya ada 1, sedangkan saat saya di rawat dengan pnyakit yg sama di beri 2
yg slah satunya berfungsi untuk mencegah pembuluh darah pecah didlm, dikarena
apabila pecah maka darah tidak akan berhenti mengalir, namun saya pikir mungkin
karena dosis anak kecil dan dewasa beda jadi tidak masalah. Keponakan sayapun
semakin hari susah makan dikarenakan lambungnya sakit, namun dikarenakan nyokap
saya memiliki kekhawatiran yg tinggi lalu dia bertanya kpd Dokter, Dokterpun
memberi jawaban “bahwa sebenarnya Db tidak ada obatnya, obatnya hanya makan yg
bnyak dan minum yg banyak pula dan bahwa DB pun menyerang bagian hati dan lambung
sehingga membuat tidak nafsu makan”, saya pun mendengar perkataan yg sama oleh
dokter yg merawat saya, namun sangat berbeda sekali kalau saya saat seperti itu
diberi semacam suntikan antibiotic utnuk labung yg dimasukan ke selang infuse
sedangkan keponakan saya tidak sama sekali. Seharusnya sebagai dokter dia harus
member obat untuk lambung namun itu tidak terjadi.
Obat yg di berikan oleh dokter
pun hanyalah obat anak kecil untuk usia 1-6 thn sedangkan keponakan saya sudah
berumur 8 thn jln 9 thn dan ada suatu hari saya mendapatkan cerita dari mama
kalau suster memberikan dosis yang tinggi membuat keponakan saya kejang-kejang.
Saya mendapat kan cerita kalau suatu hari keponakan saya pun berdarah dibagian
gusi dan darah tersebut tidak berhenti mengalir, dia pun pada akhirnya
dimasukan di ruang ICU. Disana kata mama saya dia mengalami mimisan pada
hidungnya dan darah pun mengalir tidak henti, dikarenakan banyak darh yg keluar
maka keponakan saya membutuhkan tambahan darah yg berasal dari RS. Dokterpun
menyatakan darah yg akan di masukan kekeponakan saya belum ada penyaringan sehingga
tidak tahu ada virus apa saja di dalamnya.
Pada saat di rumah keponakan saya
juga yaitu kakak dari keponakan saya yg di rawat jatuh sakit namun sempat
membaik namun esokkan harinya badannya pun kembali panas, kakak saya pun
langsung membawanya ke RS. yg berbeda dengan saya, dan adik’a, dokterpun
memfonisnya terkena DB. Tidak lama kakak dari keponakan saya dirawat beberapa
jam kemudian saya dan papa saya yg berada di rumah mendapat kabar kalau kondisi
keponakan saya yg adiknya ini sangat krisis, sayapun merasa sangat lemas
mendengar kabar tersebut dan langsung menuju ke sana. Tidak lama setelah
sampainya saya disana, kami yg menunggu di luar dikarenakan tidak boleh masuk
mendengar kabar buruk yg membuat kami sangat-sangat lemas dan menangis dia
telah berpulang ke rumah Tuhan.
Kakaknya saat di rawat di RS.
saat sang adenya telah berpulang ke rumah Tuhan dia tidak tahu, memang kami
sekeluarga tidak ingin member tahunya sampai saat kondisinya membaik betul,
namun cepat atau lambat dia harus tahu. Memang saat di rawat dia selalu
menanyakan keadaan sang adik namun kami semua hanya bisa menjawab kalau sang
adik sudah sehat dan pada akhirnya sang kakak pun tahu saat membaca amplop yg
bertulisan Turut berduka cita, kami pun berusahan member penjelasan agar dia tenang
dan kuat.
Kehilangan salah satu anggota
keluarga itu sangat membuat kami terpukul sekali setiap kali saya di rumah saya
selalu mengingat tingkah laku sehari-hari dia yg sekarang hanya bisa kenang di
pikiran saya, kami sekeluarga sangat kangen dengar suara dia, tingkah laku dia,
dan masih banyak lagi. Sekarang kami hanya bisa menyesalkan tindakan dokter di
RS. tersebut.
Yang membuat saya aneh lagi saat
sang kakaknya di rawat di RS. yg berbeda dengan adiknya di sana dia mendapatkan
suntikan antibiotic sama yg saya dpat pada saat saya di rawat. Banyak sekali
kesalahan-kesalah dokter yg saya dengar dari mama saya selama ia menjaga
keponakan saya ini. Namun sebagai manusia biasa kita hanya bisa ikhlas, dan
berdoa agar dia dapat tenang di sana bersama Tuhan.Amin
Sumber :
Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar