Sabtu, 27 April 2013

Dua Bata Jelek



Nama : Chandra
Kelas : 2EA25
NPM : 11211609



Dua Bata Jelek
Dikutip dari buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya


Setelah kami membeli tanah untuk wihara kami pada tahun 1983, kami jatuh bangkrut. Kami terjerat hutang. Tidak ada bangunan di atas tanah itu, bahkan sebuah gubuk pun tak ada. Pada minggu-minggu pertama, kami tidur di atas pintu-pintu tua yang kami beli murah dari pasar loak. Kami mengganjal pintu-pintu itu dengan batu bata di setiap sudut untuk meninggikannya dari tanah(tak ada matras-tentu saja, kami kan petapa hutan).
Biksu kepala mendapatkan pintu yang paling bagus, pintu yang datar. Pintu saya bergelombang dengan lubang yang cukup besar di tengahnya, yang dulunya tempat gagang pintu. Saya senang karena gagang pintu itu telah dicopot, tetapi malah jadi ada lubang persis di tengah-tengah ranjang pintu saya. Saya melucu dengan mengatakan bahwa sekarang saya tak perlu bangkit dari ranjang jika ingin ke toilet! Kenyataannya, ada saja, angin masuk melewati lubang itu. Saya jadi tak bisa tidur nyenyak sepanjang malam-malam itu.
Kami hanyalah biksu-biksu miskin yang memerlukan sebuah bangunan. Kami tak mampu membayar tukang bahan-bahan bangunan saja sudah cukup mahal. Jadi saya harus belajar cara bertukang: bagaimana mempersiapkan pondasi, menyemen dan memasang batu bata, mendirikan atap, memasang pipa-pipa pokoknya semuanya. Saya adalah seorang fisikawan teori dan guru SMA sebelum menjadi biksu, tidak terbiasa bekerja keras. Setelah beberapa tahun, saya menjadi cukup terampil bertukang, bahkan saya menjulukin tim saya “BBC”(Buddhist Building Company). Tetapi, pada saat memulainya, ternyata bertukang itu sangatlah sulit. Kelihatanya gampang, membuat tembok dengan batu bata tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. Ketika saya mulai memasang abut bata, saya ketok satu sisi utnuk meratakannya. Tetapi sisi lainnya malah jadi naik. Lalu saya ratakan sisi yang naik itu, batu bata jadi melenceng. Setelah saya ratakan kembali, sisi yang pertama jadi terangkat laghi. Coba saja sendiri!
Sebagai seorang biksu, saya memiliki kesabaran dan waktu sebanyak yang saya perlukan. Saya pastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tak peduli berapa lama jadinya. Akhirnya saya menyelesaikan tembok batu bata saya yang pertama dan berdiri dibaliknya untuk mengagumi hasil karya saya. Saat itulah saya melihatnya “oh, tidak! Saya telah keliru menyusun dua batu bata. Semua batu bata lain sudah lurus, tetapi dua batu bata tersebut tampak miring. Mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok. Mereka meruntuhkannya.
Saat itu, sudah terlanjur terlalu keras untuk mencabut dua batu bata itu, jadi saya bertanya kepada kepala wihara apakah saya boleh membongkar tembok itu dan membangun kembali tembok yang baru, atau kalau perlu, meledakkannya sekalian. Saya telah membuat kesalahan dan saya menjadi gundah gulana. Kepala wihara bilang tak perlu, biarkan saja temboknya seperti itu.
Ketika saya membawa para tamu pertama kami berkunjung keliling wihara kami yang baru setengah jadi, saya selalu menghindarkan membawa mereka melewati tembok bata yang saya buat. Saya tak suka jika ada orang yang melihatnya. Lalu suatu hari, kira-kira 3-4 bulan setelah saya membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorang pengunjung dan dia melihatnya. “ itu tembok yang indah,” ia berkomentar dengan santai.
“pak,”saya menjawab dengan terkejut ,”apakah kacamata Anda tertinggal di mobil?Apakah pengelihatan Anda sedang terganggu?Tidakkah Anda melihat dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu?”
Apa yang ia ucapkan selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap tembok itu, berkenaan dengan diri saya sendiri dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata,”Ya, saya bisa melihat dua batu bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 batu bata yang bagus.”
Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lainnya selain dua batu bata jelek itu. Diatas, dibawah, dikiri dan dikanan dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata-batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna. Lebih dari itu, jumlah bata yang terpasang sempurna, jauh lebih banyak dari pada dua batu bata jelek itu. Selama ini mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat, saya terbuka dari hal-hal lainnya. Itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu, atau tak rela membiarkan orang lain melihatnya juga. Itulah sebabnya saya ingin menghancurkannya. Sekarang, saya dapat melihat batu bata-batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tak terlalu buruk lagi. Tembok itu menjadi, seperti yang dikatakan pengunjung itu,’ sebuah tembok yang indah.” Tembok itu amsih tetap berdiri sampai sekarang, setelah 20 tahun, namun saya sudah lupa persisnya di mana dua batu bata jelek itu berada. Saya benar-benar tak dapat melihat kesalah itu lagi karena semua yang mereka lihat dari diri pasangannya adalah”dua batu bata jelek “? Berapa banyak di antar kita yang menjadi depresi atau bahkan ingin bunuh diri, karena semua yang kita lihat hanyalah”dua batu bata jelek”? pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang lebih bagus di atas, di bawah, di kiri dan di kanan dari yang jelek, namun pada saat itu kita tak mampu melihatnya. Malahan, setiap kali kita melihatnya, mata kita hanya terfokus pada kekeliruan yang kita perbuat. Semua yang kita lihat adalah kesalaha, dan kita mengira yang ada hanyalah kekeliruan semata, karenannya kita ingin menhancurkan”sebuah tembok yang indah.”
Kita semua memiliki’ dua batu bata yang jelek”, namun bata yang baik di dalam diri kita masing-masing, jauh lebih banyak dari pada bata ynag jelek. Begitu kita melihatnya, semua akan tamapak tak terlalu buruk lagi. Bukan hanya kita bisa berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahn kita, namun kita juga bisa menikmati hidup bersama pasangan kita. Ini kabar buruk bagi pengacara urusan perceraian, tetapi ini kabar baik untuk Anda.

Jumat, 26 April 2013

Lyrics lagu CURI-CURI



Nama    :  Chandra
Kelas    :  2EA25
NPM     : 11211609

CURI-CURI
Di tiap kali ku memandang wajahmu
Kau selalu membuatku tersipu malu
Oh oh mengapa ku kau buat membisu
Saat ku memandangmu

Dan aku tak tahu oh mengapa diriku
Tak berdaya dibuatmu, kasih

(Dan kau curi curi hatiku) dari dari diriku
(Dan kau bawa bawa pergi) jauh dari diriku
(Lalu simpan simpan saja) di dalam hatimu
Dan bawalah kemana kau mau

(Curi curi curi, curi curi curi
Curi curi curi) curi hatiku

Berulang kali ku jatuhkan hati
Namun tak ada yang seperti ini
Oh hanya dirimu yang membuat diriku
Selalu tersipu

Dan aku tak tahu oh mengapa diriku
lyricsalls.blogspot.com
Tak berdaya dibuatmu, kasih

(Dan kau curi curi hatiku) dari dari diriku
(Dan kau bawa bawa pergi) jauh dari diriku
(Lalu simpan simpan saja) di dalam hatimu
Dan bawalah kemana kau mau

Oh kasihku kau curi hatiku
Bawalah kemanapun kau mau
Oh kasihku ku milikmu selalu
Dan kau curi

(Curi curi curi curi curi hati
Curi curi curi curi curi hatiku)

Dan kau curi curi hatiku (dari dari diriku)
Dan kau bawa bawa pergi (jauh dari diriku)
(Lalu simpan simpan saja) di dalam hatimu (di dalam hatimu)
Dan bawalah kemana kau mau

(Dan kau curi curi hatiku) dari dari diriku
(Dan kau bawa bawa pergi) jauh dari diriku
(Lalu simpan simpan saja) di dalam hatimu
Dan bawalah kemana kau mau

(Dan kau curi curi hatiku)
(Dan kau bawa jauh dariku) bawalah kemana kau mau
(Simpan saja dalam hatimu) simpan saja dalam hatimu, bawalah
Dan kau curi curi curi hati

Sumber                : lyrics curi-curi hivi

Selasa, 23 April 2013

DIMANAKAH KITA YANG DULU???


Nama    : Chandra
Kelas    : 2EA25
NPM     : 11211609


DIMANAKAH KITA YANG DULU???


   Hari demi hari, waktu demi waktu trs berganti tanpa kita sadari banyak yg sudah trjadi di dunia ini, semakin majunya peradaban di dunia ini tanpa di sertai rasa persatuan yg kiah hari makin hilang di dunia ini, perang antara manusia, suku, agama, dan ras juga masih bnyk lagi.
   Sungguh ironis kalau kita melihat dunia yang sekaramg, keserakahan manusia yang ingin mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan mengandalkan berbagai cara tanpa memikirkan apa dampaknya. Saling memghina antara suku, ras, maupun agama sampai saling serang dan akhrnya timbul korban.
    Di jaman sekarang semboyan hanyalah tingal semboyan yang berupa tulisan tanpa di sertai perbuatan nyata. Bhinekka tunggal ika merupakan semboyang negara kita, namun sekarang semboyan itu tidak ada artinya lagi, banyak suku-suku di negara kita yanh saling berperang, konflik antar agama, bahkan sampai para polisi dan tentara pun konflik. Bukan hanya di negara kita saja tapi di belahan dunia sana terjadi konflik.
     Ini menandakan semakim lemahmya rasa persatuan dan rasa persaudaraan kita sesama manusia, dimanakah rasa persatuan kita yang dulu?, dimanakah rasa persaudaraan kita sesama manusia?. Apakah semakin majunya perkembangan peradapan manusia semakin pula hilangnya rasa persatuan dan persaudaran kita?kalau itu terjadi maka manusia akan punah oleh manusia sendiri, maka manusia seperti alat pemusnah manusia itu sendiri.
      


Penulis : Chandra

Memandang Kehidupan Seutuhnya



Nama   : Chandra
Kelas    : 2EA25
NPM    : 11211609

Memandang Kehidupan Seutuhnya

Manusia seutuhnya harus bisa memandang kehidupan seutuhnya. Hidup ditandai perubahan, mengandung penderitaan, terkondisi oleh kesaling bergantungan, sehingga segala sesuatu yang muncul pada saat akan lenyap kembali. Karena itu kita harus realities, seperti Buddha ajarkan. Tidak  pesimis, tidak optimis.
Orang pesimis melihat segala sesuatu dari sisi buruk saja, ia hanya melihat adanya maslah, tetapi tidak melihat adanya jalan utnuk mengatasi masalah. Sebaliknya orang optimis melihat segala sesuatu selalu baik, bahkan jauh lebih baik dari yang sebenarnya, berpengharapan berlebihan, tidak mau memperhitungkan kemungkinan buruk yang akan terjadi, sehingga menjadi lengah terhadap segala resiko. Orang bijak hendaknya mengambil mengambil jalan seimbang, yakni realistis. Kehidupan dan masalahnya harus dipandang dari sisi realistis, memandang segala sesuatun apa adanya, ada baik ada buruk, ada untung ada rugi.
Ibarat memandang bunga mawar, orang oesimis akan mengatakan bahwa bunga mawar sangatlah berbahaya, karena banyak duri tanjam yang siap melukai siapapun yang berusaha memetiknya, sehingga ia tidak berani mendekati mawar, maka hilanglah kesempatan baginya untuk menikmati keindahan dan keharuman mawar. Sebaliknya orang optimis akan memandang mawar sebagai sesuatu yang sungguh indah dan harum, pantas untuk di nikmati, tetapi ia meremehkan ketajaman duri mawar, sehingga tidak waspada dan tertusuk oleh duri, sehingga jika ia ingin menikmati keindahan dan keharuman mawar, ia akan memetiknya dengan hati-hati dan sudah mengantisipasi atau siap menerima resikonya.



Dikutip dari    : Buku Pelajaran Agama Buddha EHIPASSIKO