Rabu, 12 Juni 2013

Kecil tapi Mematikan

Nama               : Chandra
Kelas               : 2 EA25
NPM                : 11211609
Kecil tapi Mematikan
Bulan Mei menurut gw adalah bulan yang penuh coba bagi keluarga gw yg dimana 3 orang anggota kami yang terserang salah satu penyakit yang di sebabkan oleh makhluk berukuran kecil dan sampai saat ini belum ada obatnya untuk mengatasinya, salah satu obatnya hanyalah tergantung dari kondisi badan.
Pada awalnya 2 hari sebelum acara kampus yg saya ikuti selesai, saya jatuh sakit badan saya sangat panas awalnya saya kira hanya panas biasa dengan minum obat warung langsung sembuh, ternyata keesokan harinnya tidak kunjung sembuh malah sebaliknya semakin panas.
Salah satu teman saya berinisiatif untuk membawa saya ke dokte namun berkali-kali saya menolaknya, karena kondisi badan saya semakin menurun saya pun akhirnya mengikuti saran teman. Setelah di cek oleh dokter ternya suhu badan saya kurang lebih 41 derajat, dokter pun menyatakan kalau saya terserang DB atau Tifus dan di sarankan untuk mengecek darah setelah 3 hari apabila suhu tubuh saya tidak turun-turun.
Pada malam harinya saya pun akhirnya pulang dengan menumpang pada orang tua tmn perempuan saya yg membawa mobil di karena kan saya tidak kuat untuk di motor. Kurang lbh 2 jam akhirnya saya tiba di rmh dengan keadaan masih lemes. Setelah 2 hari berada di rmh dan meminum obat yg dari dokter ternyata panas saya tidak turun-turun, mama saya pun membawa saya ke dokter ternama di bekasi namun hasilnya pun sama. Pada akhirnya saya di larikan ke RS. Ternama di Bekasi, disana saya dinyatakan terkena DB akhirnya saya pun di rawat selama 1 minggu disana.
2 hari menjelang kepulangan saya salah satu keponakan saya terkena penyakit yg sama namun di rawat di RS. Ternama juga di mana-mana namun bukan di tempat saya di rawat. Pada awal dia terkena panas keponakan saya langsung di tes darah dan ternyata trombositnya masih tinggi di bandingkan saya pada awal di rawat, namun dokter langsung menyatakan dia terkena DB, tidak seperti dokter-dokter yg lain  harus menunggu 3 hari sebelum menyatakan DB, dokter di RS. Langsung memberikan pernyataannya.
Saat saya pulang ke rumah keponakan sudah beberapa hari di rawat, namun saya belum sempat melihatnya dikarenakan kondisi saya yg masih lemas, saya pun hanya bisa mendoakannya dari rumah saja. Keesokan harinya mama saya mendapatkan kabar kalau kondisi keponakan saya turun, saya,mama dan kakak dari keponakan saya langsung pergi ke RS. Tersebut, disaat itu pula terakhir saya melihat dia dengan keadaan yang berbaring menahan sakit.
Saat saya datang melihat keponakan saya, disanapun saya melihat infusan yg di gunakan untuk keponakan saya hanya ada 1, sedangkan saat saya di rawat dengan pnyakit yg sama di beri 2 yg slah satunya berfungsi untuk mencegah pembuluh darah pecah didlm, dikarena apabila pecah maka darah tidak akan berhenti mengalir, namun saya pikir mungkin karena dosis anak kecil dan dewasa beda jadi tidak masalah. Keponakan sayapun semakin hari susah makan dikarenakan lambungnya sakit, namun dikarenakan nyokap saya memiliki kekhawatiran yg tinggi lalu dia bertanya kpd Dokter, Dokterpun memberi jawaban “bahwa sebenarnya Db tidak ada obatnya, obatnya hanya makan yg bnyak dan minum yg banyak pula dan bahwa DB pun menyerang bagian hati dan lambung sehingga membuat tidak nafsu makan”, saya pun mendengar perkataan yg sama oleh dokter yg merawat saya, namun sangat berbeda sekali kalau saya saat seperti itu diberi semacam suntikan antibiotic utnuk labung yg dimasukan ke selang infuse sedangkan keponakan saya tidak sama sekali. Seharusnya sebagai dokter dia harus member obat untuk lambung namun itu tidak terjadi.
Obat yg di berikan oleh dokter pun hanyalah obat anak kecil untuk usia 1-6 thn sedangkan keponakan saya sudah berumur 8 thn jln 9 thn dan ada suatu hari saya mendapatkan cerita dari mama kalau suster memberikan dosis yang tinggi membuat keponakan saya kejang-kejang. Saya mendapat kan cerita kalau suatu hari keponakan saya pun berdarah dibagian gusi dan darah tersebut tidak berhenti mengalir, dia pun pada akhirnya dimasukan di ruang ICU. Disana kata mama saya dia mengalami mimisan pada hidungnya dan darah pun mengalir tidak henti, dikarenakan banyak darh yg keluar maka keponakan saya membutuhkan tambahan darah yg berasal dari RS. Dokterpun menyatakan darah yg akan di masukan kekeponakan saya belum ada penyaringan sehingga tidak tahu ada virus apa saja di dalamnya.
Pada saat di rumah keponakan saya juga yaitu kakak dari keponakan saya yg di rawat jatuh sakit namun sempat membaik namun esokkan harinya badannya pun kembali panas, kakak saya pun langsung membawanya ke RS. yg berbeda dengan saya, dan adik’a, dokterpun memfonisnya terkena DB. Tidak lama kakak dari keponakan saya dirawat beberapa jam kemudian saya dan papa saya yg berada di rumah mendapat kabar kalau kondisi keponakan saya yg adiknya ini sangat krisis, sayapun merasa sangat lemas mendengar kabar tersebut dan langsung menuju ke sana. Tidak lama setelah sampainya saya disana, kami yg menunggu di luar dikarenakan tidak boleh masuk mendengar kabar buruk yg membuat kami sangat-sangat lemas dan menangis dia telah berpulang ke rumah Tuhan.
Kakaknya saat di rawat di RS. saat sang adenya telah berpulang ke rumah Tuhan dia tidak tahu, memang kami sekeluarga tidak ingin member tahunya sampai saat kondisinya membaik betul, namun cepat atau lambat dia harus tahu. Memang saat di rawat dia selalu menanyakan keadaan sang adik namun kami semua hanya bisa menjawab kalau sang adik sudah sehat dan pada akhirnya sang kakak pun tahu saat membaca amplop yg bertulisan Turut berduka cita, kami pun berusahan member penjelasan agar dia tenang dan kuat.
Kehilangan salah satu anggota keluarga itu sangat membuat kami terpukul sekali setiap kali saya di rumah saya selalu mengingat tingkah laku sehari-hari dia yg sekarang hanya bisa kenang di pikiran saya, kami sekeluarga sangat kangen dengar suara dia, tingkah laku dia, dan masih banyak lagi. Sekarang kami hanya bisa menyesalkan tindakan dokter di RS. tersebut.
Yang membuat saya aneh lagi saat sang kakaknya di rawat di RS. yg berbeda dengan adiknya di sana dia mendapatkan suntikan antibiotic sama yg saya dpat pada saat saya di rawat. Banyak sekali kesalahan-kesalah dokter yg saya dengar dari mama saya selama ia menjaga keponakan saya ini. Namun sebagai manusia biasa kita hanya bisa ikhlas, dan berdoa agar dia dapat tenang di sana bersama Tuhan.Amin

Sumber                : Pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar